Senin, 25 Agustus 2008

Musik Tradisional dan Syiar Agama

Musik tradisional pada awalnya memang sangat lekat dengan agama. Musik tradisional merupakan bagian dari pemujaan. Tidak heran ada unsur sakral dalam musik tradisional tertentu. Beberapa komposisi gamelan hanya boleh dimainkan pada waktu-waktu dan acara tertentu (kalau tidak bisa mengundang marah...siapa ya). Bahkan beberapa perangkat gamelan (juga bedug) diberi nama (Kyai atau Nyai), seolah hidup dan ada rohnya (peninggalan animisme). Tapi mungkin benar juga ya...hiii. Kalau di keraton-keraton, bukan cuma perangkat gamelan, senjata (keris-tombak), kereta kuda, bahkan payung dan kursi diberi nama. Berbagai benda tersebut juga diperlakukan dengan sopan. Namanya selalu menggunakan Kyai atau Nyai...

Budayawan Emha Ainun Nadjib, kelahiran Jombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953, ini seorang pelayan. Suami Novia Kolopaking dan pimpinan Grup Musik Kyai Kanjeng, yang dipanggil akrab Cak Nun, itu memang dalam berbagai kegiatannya, lebih bersifat melayani yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik dan sinergi ekonomi. Semua kegiatan pelayannya ingin menumbuhkan potensialitas rakyat.
kyai kanjeng

Tombo Ati adalah lagu tradisional Jawa yang mulanya dinyanyikan Sunan Bonang sebagai syiar agama Islam, kemudian dipopulerkan kembali oleh beberapa penyanyi masa kini. Lagu ini sangat sederhana dan akrab dengan telinga.

Tombo Ati iku limo perkorone
Kaping pisan moco Kuran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat kudu weteng ingkang luwe
Kaping limo dzikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo iso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah nyembadani

Tidak ada komentar: